Monday, May 23, 2016

sejarah recording musik

PART 6


Masalah yang dihadapi Industri Rekaman di Indonesia
  • Industri Rekaman Dibayangi Produk Bajakan
Di tengah pesatnya perkembangan dunia permusikan nasional saat ini, konsekuensi yang harus dihadapi industri rekaman lokal adalah pembajakan. Benalu itu dari tahun ke tahun kondisinya semakin parah. Bahkan, secara statistik, jumlah produk album lagu legal yang beredar lebih sedikit dibandingkan bajakan.
Menurut Dicky Sundri seorang produser rekaman, pembajakan banyak akal dan kaya inovasi. Di tangan mereka, satu album yang dibajak akan menghasilkan beragam versi produk ilegal. Kejahatan itu dilakukan sejak kelompok musik me-lounching album barunya di televisi. Bahkan tidak jarang sebelum dipromosikan, bajakan sudah beredar di pasar dengan harga jual jauh lebih murah.
Belum lagi siaran langsung konser di berbagai kota, pasti tidak luput dari bidikan pembajak. Mereka rekam tayangan itu, lalu di kompilasi dengan album hits dari rekaman lagu kelompok lainnya.


  • Industri Rekaman Bersaing dengan Perkembangan Industri Media Lainnya
Dimulai dari lahirnya format MP3 yang membuat format lagu gampang dipertukarkan, lalu munculnya website2 yg menyediakan sarana peer-to-peer, seperti Napster, yang membuat proses tukar-menukar lagu menjadi super mudah sampai ditahun 2005 ini yang penuh dengan kejutan bertubi2 seperti munculnya BitTorrent yang dimata org awam mirip Napster hanya mampu menshare bukan hanya lagu tapi film dvd full version. Lalu juga perkembangan blog yang muncul diawal2 tahun 2000an yg sekarang berkembang ke arah Audio (PodCasting). Semua ini bukan hanya mengancam dan bahkan sudah mulai menggilas industri musik bahkan juga mulai memoroti industri film layar lebar.
Diatas kertas sih industri rekaman memang gak bakalan menang kalau diadu dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang dulunya berjalan side-by-side dengan perkembangan industri rekaman, sekarang menjadi musuh dalam selimut yang mulai menghujam dari belakang.
Jadi, apakah industri rekaman akan punah? Ada dua skenario yang diprediksikan muncul, yaitu pertama industri rekaman mulai menyadari bahwa “mengkontrol” perkembangan (musik digital) adalah langkah yang salah sehingga sedikit demi sedikit mereka mulai melakukan kompromi. Ini ditandai dengan munculnya distribusi2 musik digital resmi seperti iTunes, buymusic.com, new napster (99 cents per lagu atau mbayar bulanan download sepuasnya). Skenario kedua adalah skenario yg lebih ekstrim, dimana industri rekaman akan benar-benar bermetamorfosis menjadi sebuah industri semi non-profit dimana tujuan musisi/artis/penyanyi membuat rekaman adalah untuk membuat sample yg akan dibagikan kepada audiens. Bagaimana musisi/artis/penyanyi bisa hidup? Industri pertunjukkanlah yang akan mengambil alih peran utama sebagai sumber mata pencaharian mereka, dimana industri pertunjukkan akan berkembang pesat dengan ditopang oleh perkembangan teknologi yang juga melejit pesat. Sekedar bayangan saja, sebuah band seperti U2 yang tadinya bisa meraup profit dari hasil tour nya keseluruh dunia dimasa yang akan datang hanya cukup melakukan konser di sebuah panggung di kota asalnya dimana penontonnya akan meluas sampai keseluruh dunia di negara mereka masing dengan menggunakan teknologi streaming video dan tentunya harus membayar jika ingin menonton.

No comments:

Post a Comment